Podium Pidato – Kalau ngomongin soal masjid, biasanya yang kebayang pertama itu kubahnya, menaranya, atau paling banter tempat wudunya. Jarang banget orang ngelirik mimbar. Padahal, mimbar itu ibarat “panggung utama” buat khutbah Jumat dan ceramah. Di sanalah suara khatib menggema, menyampaikan pesan moral dan nasihat. Dan sejak Indonesia merdeka, desain mimbar masjid ternyata ikut berubahpelan-pelan tapi pasti.
Baca juga: 5 Langkah Mudah Memilih Jasa Pembuatan Mimbar Masjid Berkualitas
Transformasi Desain Mimbar Masjid Pasca Kemerdekaan Indonesia
Tahun-tahun Awal: Masih Kaya Nuansa Tradisi
Di awal-awal pasca kemerdekaan, sekitar tahun 1950-an sampai masuk era 60-an, desain mimbar masih mirip banget sama gaya lama. Banyak yang masih pakai kayu jati, bentuknya tinggi, penuh ukiran. Coba aja main ke masjid tua di Jawa atau Sumatera, pasti ketemu model begitu. Motif ukiran biasanya daun, bunga, atau sulur-sulur yang rumit. Belum lagi kaligrafi Arab yang dilukis atau dipahat dengan telaten.
Waktu itu, mimbar bukan cuma fungsional, tapi juga simbol status. Kalau mimbar di masjid besar, ukirannya bisa sampai berlapis-lapis. Beberapa bahkan dilapisi emas atau cat warna emas supaya kelihatan megah. Pokoknya makin ribet desainnya, makin dianggap berwibawa.
Masuk Era Orde Baru: Campur-campur, Tradisional Dibalut Sentuhan Baru
Lompat ke era 70-an sampai awal 90-an. Indonesia lagi giat-giatnya bangun ini itu. Termasuk masjid-masjid di berbagai daerah. Nah, dari sini mulai kelihatan pergeseran. Desain mimbar mulai fleksibel. Ada yang masih mempertahankan gaya klasik, tapi banyak juga yang mulai nyoba gaya baru. Misalnya, bentuknya lebih sederhana, bahan yang dipakai mulai beragam nggak melulu kayu jati, tapi mulai ada triplek, bahkan logam ringan.
Warnanya juga mulai berani. Ada yang hijau terang, merah bata, atau coklat tua yang dipoles mengkilap. Kadang malah ketemu mimbar warna emas ngejreng, hasil cat semprot kilap yang populer di tahun segitu.
Beberapa masjid besar bahkan pesan mimbar dari pabrikan, bukan dari pengrajin lokal. Modelnya kadang kayak podium, kadang mirip mimbar gereja, saking ngasalnya desain campur-campurnya. Tapi ya gitu, waktu itu yang penting fungsinya jalan.
Era Reformasi dan Teknologi: Munculnya Desain Minimalis
Nah, pas masuk 2000-an, suasananya makin beda. Internet mulai masuk, arsitek muda bermunculan, dan orang-orang makin melek desain. Banyak masjid baru yang dibangun dengan konsep modern. Akibatnya? Desain mimbar pun ikut-ikutan berubah.
Nggak banyak ornamen lagi. Mimbar jadi lebih ramping, bersih, dan nggak neko-neko. Kadang malah polos aja, cuma kotak kayu dengan satu ayat kaligrafi kecil di depan. Tapi justru di situlah keunikannya kesan anggun dan tenang. Gaya-gaya Skandinavia, Jepang, dan Timur Tengah modern mulai masuk. Pengaruh global makin terasa.
Bahan juga makin bervariasi. Nggak heran kalau sekarang nemu mimbar dari besi ringan, aluminium, bahkan akrilik transparan di masjid-masjid kota besar. Desainnya dibuat menyatu sama interior masjid. Kadang pakai teknik laser cutting buat potong kaligrafi. Ada juga yang pakai CNC biar presisi dan cepat.
Desain Fleksibel dan Fungsional Jadi Tren
Menariknya, sekarang mulai banyak masjid yang bikin mimbar fleksibel. Bisa dipindah, dibongkar-pasang, atau disimpan kalau nggak dipakai. Ini muncul dari kebutuhan ruangan yang multifungsi. Jadi, area utama masjid bisa dipakai buat kajian, acara warga, atau diskusi keagamaan, tanpa terganggu oleh benda besar permanen di tengah-tengah.
Desain mimbar jadi lebih ke arah fungsional. Tinggi cukup, tempat pijakan aman, dan bahan tahan lama. Ada juga yang mikirin pencahayaannlampu spot kecil dari atas supaya khatib tetap kelihatan meski lampu utama agak redup.
Masjid Ikonik dan Mimbar yang Bikin Melongo
Kalau bicara soal masjid-masjid besar dan mimbarnya, ada beberapa contoh yang menarik. Misalnya, Masjid Istiqlal di Jakarta. Mimbarnya dari marmer putih, modelnya tinggi dan megah, tanpa ukiran ribet. Elegan dan berwibawa, sesuai sama suasana ruang utama yang luas dan bersih.
Lain cerita sama Masjid Raya Sumatera Barat. Arsitekturnya unik banget, atapnya mirip rumah gadang. Mimbarnya pun dibuat senada, nggak terlalu besar, tapi artistik. Banyak main garis, bentuk geometris, dan bahan kayu dengan nuansa hangat.
Beberapa masjid baru malah bikin mimbar yang bisa dinaik-turunkan pakai mekanisme hidrolik. Serius! Tujuannya biar bisa disesuaikan sama tinggi pembicara. Canggih banget, ya?
Tetap Mimbar, Tapi Rasa Zaman Berbeda
Boleh desain berubah, bahan diganti, gaya berganti. Tapi satu hal nggak berubah: mimbar tetap jadi tempat menyampaikan pesan, nasihat, dan dakwah. Bedanya, sekarang orang makin sadar pentingnya kenyamanan visual. Mimbar bukan cuma buat berdiri dan ngomong, tapi juga jadi bagian dari estetika keseluruhan ruang masjid.
Buat beberapa orang, mimbar mungkin cuma perabot biasa. Tapi kalau ditarik garis waktunya, dia adalah saksi bisu perjalanan arsitektur dan budaya Islam Indonesia. Dari zaman ukiran rumit sampai gaya minimalis masa kini, semua punya tempat dan ceritanya masing-masing.
Cerita Panjang di Balik Sebuah Mimbar
Jadi, lain kali kalau masuk masjid, coba tengok mimbarnya. Jangan cuma lewat aja. Di sana, ada jejak sejarah yang panjang. Ada perubahan zaman yang terukir diam-diam. Ada tangan-tangan pengrajin, ide-ide arsitek muda, dan semangat generasi baru yang menyatu jadi satu bentuk kecil tapi bermakna.
Mimbar mungkin cuma satu sudut kecil di dalam masjid. Tapi ia menyimpan perjalanan besar yang terus hidup, diam, tapi tak pernah mati.
Jika Anda membutuhkan podium atau mimbar untuk ruang ibadah Anda. Kami ahli dalam pembuatan podium dan mimbar dari kayu jati, stainless, atau akrilik. Dengan pengalaman dan bahan berkualitas, kami siap mewujudkan desain impian Anda. Tim kami akan bekerja sama dengan Anda untuk memastikan setiap detail yang perlu dipertimbangkan. Dari podium tradisional hingga mimbar modern, kami menyediakan solusi sesuai kebutuhan Anda. Hubungi kami di halaman ini sekarang untuk konsultasi. Percayakan kepada kami untuk memberikan sentuhan elegan dan fungsionalitas yang Anda butuhkan di dalam ruang ibadah Anda.
You must be logged in to post a comment.