Mimbar Masjid – Kalau kita bicara soal masjid, yang terlintas biasanya langsung ke hal-hal besar: kubah yang megah, arsitektur yang menawan, atau aktivitas ibadah yang rutin. Tapi, ada satu elemen penting yang kerap luput dari perhatian, mimbar masjid. Tempat khatib berdiri dan menyampaikan khutbah ini ternyata menyimpan lebih dari sekadar fungsi ritual. Ia bisa menjadi cermin nilai, budaya, dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Baca juga: Jasa Pembuatan Podium Minimalis: Menyederhanakan Pidato dengan Desain yang Tertata Rapi dan Elegan
Mimbar Masjid
Tak Hanya Soal Kayu dan Pahat
Jangan salah, mimbar bukan sekadar furniture. Di beberapa daerah, bentuk, ukiran, bahkan jenis kayu yang digunakan pada mimbar punya makna filosofis tersendiri. Di Jawa misalnya, mimbar dari kayu jati tua dengan ukiran flora dan kaligrafi Arab sering dipilih. Bukan cuma karena estetikanya, tapi karena ada simbol keharmonisan antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam yang dijaga erat.
Di Minangkabau, mimbar bisa berbentuk seperti rumah gadang mini. Lagi-lagi, bukan asal tempel ornamen. Itu adalah bentuk penghormatan terhadap adat dan simbol keterikatan masyarakat terhadap nilai gotong royong serta penghormatan kepada leluhur. Kearifan lokal itu disisipkan rapi, seperti selipan makna dalam pantun lama.
Ketika Arsitektur Bicara Identitas
Mimbar menjadi salah satu titik fokus dalam ruang utama masjid. Tapi seringkali, desainnya justru asal jadi, bahkan terkesan ‘copy-paste’ dari desain lain tanpa mempertimbangkan konteks budaya setempat. Padahal, justru di situlah letak kesempatan untuk menunjukkan identitas lokal.
Bayangkan jika mimbar di masjid kawasan pesisir menampilkan ukiran ombak atau nelayan, atau di daerah pegunungan dihiasi pola-pola khas suku setempat. Kesan “masjid lokal” akan semakin terasa dan membuat jamaah merasa lebih dekat secara emosional. Seperti pepatah bilang, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Masjid, termasuk mimbarnya, mestinya menjunjung langit budaya tempat ia berdiri.
Kearifan Lokal yang Perlahan Terkikis
Sayangnya, makin ke sini, nilai-nilai itu seperti hilang digilas zaman. Banyak mimbar masjid baru yang mengusung desain ‘standar’ dengan bahan pabrikan, minim sentuhan seni atau budaya setempat. Praktis? Iya. Tapi kering makna. Kayak makanan instan mengenyangkan, tapi gak selalu sehat buat jiwa.
Ini bukan soal menolak modernitas. Tapi bagaimana agar modernitas itu tetap berpijak pada akar budaya. Karena kalau semuanya seragam, lalu di mana letak kekayaan warisan kita?
Tips Menjaga dan Menghidupkan Nilai Lewat Mimbar
- Libatkan seniman lokal dalam pembuatan mimbar
Seniman ukir, tukang kayu tradisional, atau budayawan setempat bisa diajak bekerja sama agar desain mimbar tak hanya indah, tapi juga bermakna.
- Angkat cerita lokal ke dalam desain
Misalnya, di daerah dengan kisah dakwah tokoh tertentu, mimbar bisa diberi simbol atau ukiran yang menceritakan perjuangannya. Jadikan mimbar semacam ‘pengingat sejarah’ bagi generasi baru.
- Gunakan bahan lokal yang berkelanjutan
Bukan cuma soal estetika, ini juga soal ekologi. Kayu lokal yang dikelola lestari bisa jadi pilihan bijak ketimbang material impor yang merusak lingkungan.
- Dokumentasikan mimbar-mimbar tua
Banyak mimbar lama yang menyimpan cerita berharga. Dokumentasi bisa berupa foto, tulisan, atau video yang kemudian disebarluaskan agar jadi inspirasi masjid lain.
- Edukasi lewat khutbah
Khatib bisa sekali-sekali menyisipkan cerita tentang mimbar tempat ia berdiri, dari siapa dibuat, maknanya apa. Ini bisa jadi cara sederhana tapi efektif untuk menumbuhkan rasa memiliki.
Menjaga Warisan Lewat Hal yang Sederhana
Kadang, kita terlalu fokus pada hal-hal besar sampai lupa bahwa kearifan bisa muncul dari hal kecil yang akrab di mata. Mimbar masjid adalah contohnya. Ia berdiri tegak di hadapan jamaah, menjadi saksi bisu khutbah demi khutbah, doa demi doa. Tapi di balik keheningan kayunya, ada suara masa lalu yang ingin terus terdengar.
Menghidupkan kembali nilai kearifan lokal lewat mimbar bukan soal nostalgia belaka. Ini adalah upaya menjaga identitas di tengah derasnya arus globalisasi. Karena pada akhirnya, masjid bukan hanya tempat ibadah. Ia adalah rumah budaya, pusat pembelajaran, dan ruang kebersamaan.
Jadi, lain kali kalau kita mampir ke masjid, entah untuk salat, menenangkan hati, atau sekadar berteduh, luangkan waktu sejenak menatap mimbar. Barangkali, dari sana kita bisa belajar satu-dua hal tentang siapa kita, dari mana asal kita, dan apa yang mesti kita jaga.
Jika Anda membutuhkan podium atau mimbar untuk ruang ibadah Anda. Kami ahli dalam pembuatan podium dan mimbar dari kayu jati, stainless, atau akrilik. Dengan pengalaman dan bahan berkualitas, kami siap mewujudkan desain impian Anda. Tim kami akan bekerja sama dengan Anda untuk memastikan setiap detail yang perlu dipertimbangkan. Dari podium tradisional hingga mimbar modern, kami menyediakan solusi sesuai kebutuhan Anda. Hubungi kami di halaman ini sekarang untuk konsultasi. Percayakan kepada kami untuk memberikan sentuhan elegan dan fungsionalitas yang Anda butuhkan di dalam ruang ibadah Anda.
You must be logged in to post a comment.