Furniture Online Terpercaya

Podium Minimalis – Kalau kita ngomongin khutbah Jumat atau ceramah di masjid, hal yang biasanya jadi perhatian itu pasti isi ceramahnya, siapa penceramahnya, atau sound system-nya bagus apa enggak. Tapi coba perhatiin deh ada satu elemen penting yang sering banget dilupain yaitu tinggi mimbar.

Ketinggian mimbar masjid. Kelihatannya sih sepele, tapi nyatanya bisa punya dampak besar terhadap cara pesan itu sampai ke jamaah.

Baca juga: 5 Langkah Mudah Memilih Jasa Pembuatan Mimbar Masjid Berkualitas

Mengapa Ketinggian Mimbar Masjid Menentukan Efektivitas Khutbah?

Bukan Cuma Biar Tinggi-Tinggian

Mimbar itu bukan sekadar “kursi tinggi” tempat khatib berdiri. Fungsinya lebih dari itu. Dari dulu, sejak zaman Rasulullah sampai sekarang, mimbar digunakan sebagai titik sentral penyampaian pesan. Ketinggiannya dirancang biar suara bisa menjangkau jamaah yang duduk di baris paling belakang.

Dulu belum ada mic, belum ada speaker, jadi ya mimbar tinggi itu alat bantu alami. Semacam “toa zaman dahulu”. Dan walaupun sekarang teknologi udah canggih, tetap aja posisi khatib yang berdiri di tempat lebih tinggi masih punya pengaruh. Suaranya bisa mengalir lebih leluasa. Nggak ketahan kepala jamaah lain di depannya.

Khatibnya Kelihatan, Bukan Cuma Kedengeran

Efektivitas khutbah bukan cuma soal suara, tapi juga soal visual. Maksudnya, gimana jamaah bisa melihat langsung khatib saat bicara. Kontak mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah semua itu bagian dari komunikasi. Kalau mimbar terlalu rendah, khatibnya cuma kelihatan sebagian. Apalagi kalau jamaahnya padat dan duduknya dempet-dempetan.

Nah, mimbar yang tingginya pas bisa bikin khatib “terlihat utuh”. Nggak perlu mendongak terlalu tinggi, tapi cukup buat bikin semua orang bisa melihat siapa yang sedang bicara. Ini penting, apalagi buat jamaah yang secara nggak sadar lebih fokus kalau bisa melihat wajah orang yang ngomong.

Tinggi yang Pas Biar Nggak Terasa Jauh

Tapi jangan salah. Tinggi mimbar juga nggak boleh berlebihan. Kalau terlalu tinggi, malah terasa kayak “panggung selebriti”. Kesannya jadi jauh, eksklusif, bahkan bisa-bisa bikin jamaah merasa “terpisah”.

Jadi, tinggi mimbar itu idealnya disesuaikan. Tergantung ukuran masjidnya, bentuk ruangan, dan kapasitas jamaah. Biasanya berkisar antara 1 meter sampai 1,5 meter dari permukaan lantai. Tinggi segitu udah cukup untuk bikin khatib terlihat jelas, tapi masih terasa dekat secara psikologis.

Soal Tradisi Juga Berperan

Nggak bisa dipungkiri, desain dan tinggi mimbar kadang juga dipengaruhi budaya lokal. Di beberapa daerah, mimbar tinggi dianggap simbol kehormatan. Semakin tinggi, katanya, semakin menunjukkan wibawa khatib. Tapi di tempat lain, malah lebih suka mimbar yang rendah. Alasannya biar lebih akrab, lebih membumi.

Nggak ada yang salah sih. Semua tergantung konteks dan tujuan. Tapi tetap saja, soal efektivitas khutbah khususnya dari sisi teknis tinggi mimbar yang pas bisa jadi penentu utama.

Desain Harus Fungsional, Bukan Cuma Gaya

Sekarang banyak masjid yang desainnya megah. Mimbarnya pun mewah, ukiran penuh, kadang pakai material mahal. Tapi jangan sampai keasyikan bikin desain, fungsinya jadi terlupakan. Mimbar harus aman buat dinaiki, nggak terlalu curam, punya pegangan, dan punya permukaan yang cukup buat naruh teks khutbah atau botol air.

Pernah juga kejadian, khatib kesusahan naik mimbar karena anak tangganya sempit dan licin. Ujung-ujungnya, khutbah jadi nggak fokus karena pikirannya kebagi sama rasa waswas jatuh. Padahal khutbah itu butuh konsentrasi penuh.

Kalau Khutbah Itu Jembatan, Mimbar Adalah Titiknya

Mimbar bisa dibilang sebagai titik komunikasi. Dari situ, pesan-pesan penting disampaikan. Kalau titik itu nggak pas terlalu tinggi, terlalu rendah, atau bahkan posisinya nggak strategis maka jembatan pesan itu bisa patah di tengah jalan. Nggak nyampe ke hati jamaah. Sayang kan?

Apalagi di zaman sekarang, saat banyak orang datang ke masjid buat mencari ketenangan atau pencerahan. Setiap detil dalam ruang ibadah bisa mendukung kenyamanan mereka dalam menyerap pesan. Termasuk ketinggian mimbar.

Akhirnya Kembali ke Tujuan Awal

Tujuan khutbah itu kan menyampaikan pesan, membangun kesadaran, mengajak pada kebaikan. Maka apapun yang mendukung penyampaian itu baik isi, gaya bicara, sound system, sampai tinggi mimbar perlu diperhatikan.

Memang, yang utama tetaplah isi khutbahnya. Tapi kalau dari awal khatibnya nggak kelihatan, suaranya nggak terdengar, atau posisinya terlalu tinggi sampai terasa “berjarak”, gimana pesan itu bisa masuk dengan utuh?

Detail Kecil, Dampak Besar

Ketinggian mimbar mungkin nggak pernah jadi topik hangat di kalangan jamaah. Tapi buat yang sering duduk di saf belakang atau yang memperhatikan desain masjid, ini hal yang penting. Dari mimbar itulah suara-suara kebaikan disampaikan. Maka tinggi rendahnya bukan cuma soal estetika, tapi juga soal seberapa baik pesan itu bisa sampai.

Jika Anda membutuhkan podium atau mimbar untuk ruang ibadah Anda. Kami ahli dalam pembuatan podium dan mimbar dari kayu jati, stainless, atau akrilik. Dengan pengalaman dan bahan berkualitas, kami siap mewujudkan desain impian Anda. Tim kami akan bekerja sama dengan Anda untuk memastikan setiap detail yang perlu dipertimbangkan. Dari podium tradisional hingga mimbar modern, kami menyediakan solusi sesuai kebutuhan Anda. Hubungi kami di halaman ini sekarang untuk konsultasi. Percayakan kepada kami untuk memberikan sentuhan elegan dan fungsionalitas yang Anda butuhkan di dalam ruang ibadah Anda.