Furniture Online Terpercaya

Mimbar MInimalis – Di tengah deru modernisasi dan kecepatan zaman, ada sepotong budaya yang nyaris terlupakan. Bukan karena tak penting, tapi karena tak banyak lagi yang meliriknya. Proses pembuatan mimbar masjid tradisional, yang dulu jadi kebanggaan pengrajin lokal, kini perlahan tenggelam oleh serbuan produk massal dan instan.

Padahal, kalau kita mau menengok lebih dekat, ada nilai seni, sejarah, dan spiritualitas yang begitu kuat di balik sebatang kayu yang diukir menjadi mimbar. Ini bukan sekadar tempat khatib berdiri saat Jumat tiba. Ini adalah mahakarya simbol warisan dan identitas budaya umat Islam di Nusantara.

Baca juga: 5 Langkah Mudah Memilih Jasa Pembuatan Mimbar Masjid Berkualitas

Melacak Jejak Kayu dan Ukiran

Dari Kayu Pilihan Sampai Ukiran Bernilai Tinggi

Proses pembuatan mimbar tidak bisa sembarangan. Semuanya dimulai dari pemilihan bahan kayu. Para pengrajin biasanya memilih kayu jati tua, mahoni, atau sono keling jenis kayu yang tahan lama dan punya serat indah.

Bahkan, beberapa pengrajin masih menganut filosofi bahwa kayu yang akan dipakai harus “bernapas tenang” artinya sudah kering alami tanpa mesin selama bertahun-tahun. Tujuannya? Agar kayu tidak mudah retak atau melengkung saat dipahat.

Setelah kayu siap, langkah selanjutnya adalah desain. Nah, di sinilah seni bicara. Setiap daerah punya ciri khas sendiri. Mimbar dari Jepara, misalnya, terkenal dengan ukiran rumit dan simetris. Sementara itu, mimbar dari Minangkabau cenderung memiliki ukiran dengan motif alam dan aksara Arab Melayu yang melingkar halus.

Tak jarang, proses menggambar pola ukiran dilakukan manual dengan tangan, tanpa cetakan. “Kalau dari hati, hasilnya beda,” begitu kata Pak Hadi, salah satu pengrajin mimbar dari Solo yang sudah menekuni bidang ini selama lebih dari 30 tahun.

Perjalanan Panjang yang Tak Bisa Dikejar Mesin

Begitu desain rampung, barulah proses pengukiran dimulai. Ini adalah tahap yang paling menguras waktu dan tenaga. Bayangkan saja, satu mimbar bisa dikerjakan selama 2 hingga 3 bulan, tergantung tingkat kerumitannya.

Pengrajin memakai pahat berbagai ukuran dan membentuk motif demi motif secara manual. Tak ada yang instan. Bahkan untuk satu ukiran kecil di sudut kaki mimbar, bisa memakan waktu berjam-jam.

Dan tentu saja, ketelitian adalah segalanya. Sedikit salah, bisa fatal. Beda dengan cetakan pabrik yang seragam, mimbar tradisional justru istimewa karena setiap ukirannya unik, tak ada yang benar-benar sama persis.

Setelah ukiran selesai, tahap finishing dimulai. Pengrajin akan menggosok kayu, memberikan lapisan pelindung, dan kadang mewarnainya dengan cat khusus atau pernis alami. Tujuannya bukan hanya mempercantik tampilan, tapi juga melindungi kayu dari cuaca, rayap, dan usia.

Dari Atap Masjid Hingga Pameran Internasional

Walau terdengar kuno, mimbar masjid tradisional sebenarnya masih punya tempat. Tak sedikit masjid besar, baik di dalam maupun luar negeri, yang memesan mimbar handmade dari Indonesia. Bahkan, mimbar-mimbar dari Jepara pernah dipamerkan dalam ajang seni Islam internasional di Dubai dan Istanbul.

Sayangnya, meskipun pasar masih ada, jumlah pengrajin justru kian menyusut. Generasi muda kurang tertarik melanjutkan tradisi ini. Banyak yang memilih kerja kantoran, atau membuat mebel modern yang lebih cepat laku.

Menurut data dari salah satu asosiasi pengrajin, dalam 10 tahun terakhir, jumlah perajin aktif di bidang ini menurun lebih dari 60 persen. Sedih, ya? Padahal, keahlian mengukir kayu dan memahami filosofi desain Islam adalah kombinasi langka.

Tips Merawat Mimbar Tradisional Agar Awet Puluhan Tahun

Buat pengurus masjid yang punya mimbar tradisional, ini beberapa tips sederhana agar warisan itu tetap awet dan menawan:

  • Rutin dibersihkan – Gunakan kain lembut dan hindari cairan kimia keras. Cukup lap kering atau sedikit lembap.
  • Jauhkan dari kelembapan tinggi – Kelembapan bisa bikin kayu cepat lapuk. Pastikan sirkulasi udara di area mimbar bagus.
  • Lakukan pelapisan ulang setiap 2–3 tahun – Ini penting untuk menjaga tampilan dan kekuatan kayu. Bisa menggunakan pernis alami.
  • Lindungi dari hama kayu – Sesekali semprotkan anti-rayap atau minta tukang kayu melakukan pemeriksaan rutin.
  • Catat sejarahnya – Kalau mimbar dibuat oleh pengrajin tertentu, dokumentasikan prosesnya. Ini bisa jadi nilai tambah sejarah di masa depan.

Seni yang Harus Dihidupkan Kembali

Pembuatan mimbar masjid tradisional bukan cuma soal teknik ukir atau jenis kayu. Ini soal menjaga ruh dari masa lalu agar tetap hidup di masa kini. Ada cerita, ada tangan, dan ada doa yang melekat di tiap ukirannya.

Mungkin sudah waktunya kita tak hanya memesan mimbar karena fungsinya. Tapi juga karena makna dan nilai budayanya. Siapa tahu, dari sana muncul apresiasi baru terhadap warisan yang hampir punah ini.

Jika Anda membutuhkan podium atau mimbar untuk ruang ibadah Anda. Kami ahli dalam pembuatan podium dan mimbar dari kayu jati, stainless, atau akrilik. Dengan pengalaman dan bahan berkualitas, kami siap mewujudkan desain impian Anda. Tim kami akan bekerja sama dengan Anda untuk memastikan setiap detail yang perlu dipertimbangkan. Dari podium tradisional hingga mimbar modern, kami menyediakan solusi sesuai kebutuhan Anda. Hubungi kami di halaman ini sekarang untuk konsultasi. Percayakan kepada kami untuk memberikan sentuhan elegan dan fungsionalitas yang Anda butuhkan di dalam ruang ibadah Anda.